Minggu, 19 Juli 2015

Sejarah Kota Singraja Buleleng

Ki Gusti Panji Sakti, satu yang dijuluki banyak nama: Ki Barak, Gde Pasekan, Gusti Panji, Ki Panji Sakti, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang berkonotasi tangguh - teguh, berjiwa ketua, merakyat, memiliki daya super natural - sakti, adalah pendiri kerajaan Buleleng pada season 1660an. Dulunya wilayah Buleleng dimengerti serta nama Den Bukit. Publik Bali Selatan jaman majunya pengaruh Majapahit, Den Bukit di perhatikan adalah "daerah nun disana dibalik bukit". Daerah misterius, terra incognito, sangat banyak pendatang silih berganti, bajak laut. Orang yang mau tinggal menetap mereka menjauhi daerah pesisir, menentukan tempat makin ke tengah, ke wilayah sebelah Selatan. Maka tersebut tempat pada selatan bukit dimaksud Bali Tengah atau Bali Selatan.

Sepanjang berkuasa di Den Bukit Panji Sakti sejak 1660an sampai 1697 tetap disegani kawan ataupun kompetitor. Dan pasukan Gowak yang diorganisir dengan seluruh kalangan, beliau diatas kerajaan Blambangan, Pasuruan, Jembrana. Hingga season 1690an Panji Sakti menggunakan kejayaannya.

Buleleng sebagai nama puri yang dibuat Panji Sakti di tengah tegalan jagung gembal yang begitu juga dimaksud begitu juga buleleng. Letaknya tak jauh dari sungai yang dimaksud dan tukad Buleleng. Purinya dimaksud Puri Buleleng. Puri yang yang makin tua, terletak pada desa Sangket yang dinamai puri Sukasada. Ki Gusti Panji sakti diperkirakan wafat season 1699 juga meninggalkan banyak keturunan.

Tapi sayang putra-putra Ki Gusti Panji Sakti mempunyai pikiran yang berbeda satu sama rata lain sehingga kerajaan Buleleng jadi lemah. Kerajaan Buleleng terpecah belah. Pada akhirnya ditangkap kerajaan Mengwi, termasuk Blambangan. Lepas dari genggaman Mengwi kemudian musim 1783 jatuh menuju tangan kerajaan Karangasem. Mulai ini sudah ada segala kali pergantian raja asal Karangasem. Salah satu raja dari Karangasem yaitu I Gusti Gde Karang bertakhta merupakan raja Buleleng musim 1806-1818. Yaitu raja Buleleng beliau serta menguasai kerajaan Karangasem serta Jembrana. Beliau dikenal berwatak panas juga curiga buat bangsa asing. Sungguh dalam era itu bangsa asing semacam Belanda dengan Inggris berhasrat memimpin Bali melewati Buleleng dengan Jembrana.

Sir Stamford Raffles seorang Inggris jatuh cinta terhadap Bali, baik alam juga budayanya sehabis pernah mengunjungi pulau mungil tersebut dalam tahun 1811. Seusai itu beliau datang lagi ke Buleleng berharap bekerjasama dan I Gusti Gde Karang demi membangun kota pelabuhan dan nama Singapura. Raffles tergiur melongok bertambahnya pelabuhan Buleleng juga lokasi yang dilihatnya sangat strategis dalam diantara kepulauan Nusantara. Sungguh Buleleng jaman tersebut sedang jayanya dari hasil monopoli candu dan penjualan budak. Raja Buleleng I Gusti Gde Karang rupanya tertarik serta rencana Raffles. Tetapi tidak sukses dipertandingkan, karena Raffles juga tetap menentang penjualan budak yang selama itu terus dilaksanakan oleh raja I Gusti Gde Karang. Diantara cinta serta dendam, musim 1814 pihaknya mendapatkan kapal perang Inggris menuju Buleleng, tapi bukan telah tersaji pertemuan.

Pada malam hari, Rebo tanggal 24 Nopember 1815 sudah ada musibah bencana alam dalam Buleleng. Segala desa tertimbun lumpur dengan penghuninya, berada yang hanyut kearah laut bersama penduduknya.

Selepas ini I Gusti Gde Karang mengadakan lahan serta membangun istana baru, letaknya dalam sebelah Barat tindakan yang dinamai puri Singaraja. Puri baru ini berseberangan jalan dengan Puri Buleleng yang dibuat Ki Gusti Pandji Sakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar